Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 08 Maret 2010

Kegiatan Kreativitas untuk Anak Usia Dini

Manusia sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi, salah satu potensi yang dimiliki adalah kreatifitas. Berbagai pandangan tentang kreatifitas memberikan kesimpulan bahwa kreatifitas merupakan proses yang mengarahkan pada sesuatu penciptaan yang baru, berbeda, unik dan inovatif. Kreatifitas juga merupakan proses cara berpikir, serta bentuk imajinatif dan fantasi seseorang.
Setiap individu sejak dilahirkan telah memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Pada anak usia dini mereka membutuhkan kesempatan untuk mengungkapkan cara pandangnya secara bebas sehingga imajinasi / fantasi yang dipikirkan dapat diekspresikan secara bebas pula, dan inilah yang menjadikan anak menjadi kreatif. Proses kreatif pada anak usia dini, dimunculkan pada kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan anak dengan situasi dan kegiatan yang menyenangkan (kegiatan bermain).
Seni, balok, dramatisasi, dan musik memberikan tantangan bagi anak usia dini untuk melakukan kegiatan yang menarik. Anak-anak membutuhkan banyak aktivitas dan media kreatif setiap harinya untuk dipergunakannya dengan cara yang mereka sukai (Cryer, 1988: 159). Berikut akan dijelaskan beberapa kegiatan kreatif yang dapat dilakukan anak.
1. Art-Craft
Beraktivitas dengan ragam kegiatan seni dan keterampilan menghias menjadi cara yang menyenangkan bagi anak dalam membangun pemahaman. Hal ini ditandai dengan kegiatan mencoret-coret untuk menunjukkan suatu bentuk tertentu ketika anak di usia awal tiga tahunnya. Tahap ini memberi makna bagi persiapan anak dalam melatih kontrol tangan dan jari-jarinya serta daya konsentrasi. Dalam hal ini guru maupun orangtua perlu memberi banyak kesempatan bagi anak untuk terus mencoba dan berlatih, serta membiasakan diri memberikan penghargaan atas hasil karya mereka melalui kegiatan mendisplay atau berbagai pameran.
Kegiatan kreatif Art-Craft dapat berupa:
· Menggambar dan mewarnai berbagai bentuk dengan crayon, cat air dan kuas, maupun pensil warna dan spidol (untuk usia TK dan SD)
· Finger-painting atau melukis dan menghias gambar dengan jari-jari
· Menggambar dengan kapur kemudian dihias dengan cat air
· Mewarnai dengan pasir warna
· Menggambar di bak pasir dengan jari atau kayu kecil
· Bermain dengan cat minyak menemukan berbagai bentuk
· Menyablon dan menggambar di atas kaus baju maupun bahan kain
· Brushing/penyemprotan dengan sikat gigi dan cat air
· Membuat berbagai bentuk dengan plastisin
· Kolase atau menempel potongan-potongan kertas, serbuk, serpihan, serabut, kapas, berbagai tekstur, atau benda-benda kecil pada sebuah gambar
· Bermain dengan stiker-stiker kecil
· Menggunting dengan berbagai bentuk
· Membuat stempel dengan berbagai media dan bentuk yang variasi
· Meronce dengan berbagai pola, bentuk dan bahan
· Melipat berbagai bentuk dengan beragam kertas
· Membuat bermacam bentuk dengan stik es cream, lidi atau batang korek api
· Membuat alat permainan, hiasan, maupun ragam kreasi lainnya dengan benda-benda yang sudah tak terpakai

2. Musik
Bermusik serta mendengarkan musik merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak akan dengan mudah mengikuti kegiatan ini. Sering kita lihat seorang anak yang berhenti sejenak dengan kegiatannya hanya karena ada suara lagu di televisi kemudian ia fokus memperhatikan TV. Ada pula anak-anak yang dengan asiknya bernyanyi lagu-lagu yang sering ia dengar saat mereka sedang makan, mandi, menjelang tidur, ataupun bermain. Bagi anak, musik dapat menimbulkan rasa kebersamaan serta rasa gembira. Menurut beberapa penelitian, musik sudah dapat distimulasikan sejak anak masih berada dalam kandungan, karena dianggap mampu menstimulasi kerja neuron-neuron pada otak anak. Bagaimanapun, musik akan sangat membantu anak dalam melatih kemampuan menyimak, konsentrasi serta menambah kosakatanya.
Kegiatan kreatif Musik dapat berupa:
· Bernyanyi dengan bermacam ekspresi
· Bersenandung tanpa mengurangi unsur musik: nada, irama dan temponya.
· Membuat beragam yel-yel
· Bermain syair: mengubah syair, mengikuti pola syair (o le,,le, o la..la..,bola..bola..bola)
· Membuat pola tepuk yang variatif (disesuaikan tema ataupun tujuan)
· Bermain jentik jari
· Membuat alat musik ritmis dan alat musik melodis buatan dengan bahan-bahan yang ada di sekitar
· Mengiringi lagu dengan alat musik buatan
· Tebak lagu dengan instrumen atau senandung
· Membuat permainan dengan menggunakan lagu
· Bernyanyi dengan menggunakan jari-jari
· Musik cepat-lambat atau mengubah tempo di mana saja
· Musik dan menggambar

3. Dancing/Tari
Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan dari seni musik yang beragam jenisnya, sehingga tidak semua kegiatan tari appropriate (berkesesuaian) bagi anak. Menari lebih spesifik dikatakan oleh Stinson sebagai gerakan yang beraturan, signifikan dan dipengaruhi oleh penjiwaan.Tari yang kreatif adalah gerakan yang ditampilkan secara menarik dengan menyesuaikan alunan lagu atau musik. Terlepas dari itu, gerakan tari untuk anak sebaiknya yang mudah dan tidak terlalu bervariasi, menyenangkan bagi anak, dan dalam kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat alami. Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6 gerakan, dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru ataupun orangtua adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak saat ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu gerakan tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi menjadi semakin buruk dan tidak mengembangkan kreativitas mereka.
Kegiatan kreatif Tari dapat berupa:
· Bergerak bebas mengikuti irama lagu atau instrument
· Bergerak bebas menyesuaikan dengan tempo musik/lagu
· Bergerak dan berhenti
· Menari dengan menggunakan gerakan hewan, tumbuhan, robot, kendaraan, dan sebagainya
· Menari dengan pola yang bervariasi
· Menari dengan gerakan formasi

4. Dramatisasi
Seperti halnya kegiatan musik, bermain dramatisasi juga banyak membantu anak dalam membangun ingatan, perbendaharaan kata serta imajinasi. Kegiatan ini dapat terbagi menjadi kegiatan bermain peran maupun sosio-drama. Pada saat bermain peran, symbolic dan make-believe play sangat terlihat. Anak-anak menyenangi perannya sebagai salah satu atau beberapa tokoh dengan menggunakan berbagai media atau atribut yang ada. Aktivitas ini umumnya lebih disukai oleh anak-anak yang lebih muda, seperti usia prasekolah. Sedangkan sosio-drama menunjukkan aktivitas kelompok dengan adanya pembagian peran dan memunculkan banyak dialog. Alur cerita dapat terhenti kapan saja sesuai kesepakatan mereka. Apa yang diperankan atau didramatisasikan oleh anak diilhami dari kejadian dan contoh yang biasa mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua dan guru dapat menambah informasi bagi anak dengan kegiatan fieldtrip, membacakan buku, ataupun berdiskusi tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh mereka.
Kegiatan kreatif Dramatisasi dapat berupa:
· Bermain peran sebagai polisi, dokter, seorang ibu, guru, tukang kayu, koki, penyiar, pemain musik, dan sebagainya.
· Menggunakan benda-benda di sekitar sebagai telepon/handphone, mesin kasir, komputer/laptop, kendaraan, bayi/adiknya, alat masak, binatang, peralatan dan perlengkapan profesi seperti suntikan, botol obat, pistol, martil, stetoskop, dan sebagainya.
· Menggunakan balok-balok untuk bermain ‘make-believe’ seperti: suasana perkotaan, kebun binatang, suasana rumah, mall, dan sebainya.
· Bermain sosio-drama dengan tema keluarga, market/pasar, rumah sakit, perjalanan dengan pesawat atau bus, sekolah, cerita ksatria dan penjahat, dan sebagainya.

5. Cooking/Memasak
Memasak juga salah satu kegiatan kreatif, seperti halnya menggambar, membuat hiasan, bermusik maupun bermain peran. Dalam kegiatan memasak ada keterampilan bereksperimen/mencoba, membuat/mengcreate, dan juga eksplorasi. Memasak akan mengajarkan anak mewarnai, menambal, memotong, mengiris, mendisain, mengestimasi suatu takaran/ukuran, ataupun membuat sesuatu yang berbeda dari makanan yang dimasak atau dibuat. Dalam kegiatan ini, anak diberi kesempatan untuk berimajinasi, menemukan hal yang menarik, menata dan menyajikannya dengan tidak mengurangi kesan positif terhadap makanan tersebut. Memasak bukanlah aktivitas bermain-main atau menyiakan makanan, tetapi mengembangkan kreativitas dan kepekaan anak terhadap rasa dan jenis makanan dengan cara yang menyenangkan. Dapur sebagai tempat anak belajar memasak juga bisa menjadi laboratorium dan studio bagi anak. Melalui kegiatan ini anak dapat belajar matematika,seperti menghitung dan mengukur. Belajar membaca simbol dan menyimpulkan. Menemukan misteri suatu rasa atau kenikmatan makanan. Serta membangun kepercayaan diri dengan hasil yang mereka buat sendiri.
Kegiatan kreatif Cooking dapat berupa:
· Menghias: ‘celemek’ dan taplak meja dengan tempelan gambar atau finger painting, gelas dan piring dengan cat dan kuas, Menempel hiasan magnit di pintu kulkas, menghias lauk pauk dan nasi.
· Membuat sate buah dan sayur, sop buah, menggambar dengan sayur dan buah
· Membuat kue: mengoles roti dengan selai lalu dibentuk, roti gulung dengan bahan sandwiches/roti isi, kue stick dengan berbagai variasi bentuk, bola-bola coklat, pizza sayuran, coklat dengan berbagai bentuk/cetakan, agar-agar bervariasi,
· Membuat minuman: jus buah, es buah dan es campur, cincaw
· Membuat bubur: bubur pelangi (candil, ketan hitam, mutiara, agar-agar, irisan roti, santan), bubur kacang hijau, bubur sum-sum

Student Active Learning

Megawangi menjelaskan dalam bukunya tentang cara anak belajar aktif yang diawali dengan pembelajaran yang konstruktivis (Megawangi, 2008: 44). Teori Konstruktivisme adalah dasar dari prinsip belajar yang melibatkan partisipasi aktif anak. Menurut Piaget, seorang anak belajar melalui pengalaman kongkrit dengan cara merefleksikan pengalamannya. Ketika menemukan pengalaman baru, anak akan menyesuaikannya dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Karakteristik perkembangan berpikir anak berbeda-beda menurut tahapan usianya, dan tahapan ini berimplikasi pada perbedaan cara belajar anak cara mengajar guru. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan appersepsi, yakni suatu cara yang dilakukan guru dalam menjembatani pengetahuan anak sebelumnya dengan konsep atau kompetensi baru yang hendak distimulasikan. Teori konstruktivisme ini pada dasarnya mengajarkan anak belajar yang efektif.
Untuk meningkatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu:

a. Melibatkan anak pada kegiatan yang memberi tantangan
Apabila anak diberi sajian kegiatan yang menarik dan eksploratif, maka akan mendorong mereka untuk mencari tahu, bertanya dan mengerjakan. Jika kegiatan tersebut sudah diselesaikannya, anak akan lebih termotivasi lagi untuk mengetahuinya lebih lanjut. Montessori mengatakan bahwa pendidikan diperoleh bukan dari menyimak kata-kata, tetapi dari pengalaman berharga yang diperoleh ketika seorang anak melakukan sesuatu di lingkungan sekitarnya.

b. Anak-anak harus belajar secara kongkrit
Tahapan perkembangan kognitif anak usia dini terutama usia prasekolah masih berada dalam tahapan praoperasional kongkrit. Dalam hal ini sangat ditekankan bahwa pembelajaran akan jauh lebih efektif jika menggunakan media-media kongkrit. Mereka harus menggunakan benda-benda yang dapat dilihat, dipegang, serta dimanipulasikan.

c. Perlunya keterlibatan fisik anak
Menurut Katz dan Chard (1989), anak-anak memerlukan keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kebosanan. Anak usia dini akan menjadi pasif jika hanya diminta duduk berlama-lama dan menyimak penyamaian materi dari guru. Hal ini hanya akan membuat anak mejadi pasif dan bertentangan dengan kebutuhan mereka yang ingin selalu aktif baik dari aspek motorik halus maupun motorik kasarnya.

d. Pembelajaran melalui permainan
Brierly (1994) menatakan bahwa bermain dan bereksplorasi akan membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, bersosialisasi, bernalar dan melatih perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat mereka lebih mengerti subyek yang dipelajarinya melalui eksplorasi, berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen, mengubah bentuk, berkreasi, dan bermain peran. Kesenangan anak dalam bermain dapat digunakan untuk belajar hal-hal yang kongkrit, sehingga dapat mengembangkan daya cipta, imajinasi dan kreativitasnya.

e. Guru sebagai fasilitator
Dalam proses pembelajaran, anak diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan kritisnya. Ada saatnya pula guru yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh rasa ingin tahu dan jiwa menjelajahnya. Sehingga anak akan termotivasi untuk terlibat dalam diskusi. Selain itu, guru juga perlu menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan anak tanpa harus terlibat/intervensi terlalu jauh dalam kegiatan mereka.

f. Individual dan Kelompok
Ada saat tertentu anak diberi kesempatan yang luas untuk bekerja secara mandiri atau individual, namun pada kesempatan yang lain mereka perlu juga untuk berkelompok atau mengerjakan tugas bersama. Hal ini juga akan bermanfaat bagi mereka terutama pada perkembangan bahasa dan sosial-emosinya. Vygotsky (1978) berpendapat bahwa perkembangan bahasa dan interaksi sosial sangat memberi pengaruh bagi perkembangan kognitif anak. Boleh jadi pada saat berkelompok itu juga anak akan memperoleh banyak pengetahuan baru yang memunculkan ide-ide baru pula baginya.

Bermain penting bagi Anak Usia Dini

A. Pengertian Bermain
Banyak pendidik yang sudah mengakui bahwa bermain sangat penting dilakukan sebagai stimulasi pengembangan kemampuan pada pendidikan prasekolah. Hal ini sangatlah beralasan, sebab masa usia prasekolah seringkali disebut sebagai masa bermain. Di mana mereka bisa mengenali diri dan lingkungannya sebagai dasar perkembangan sosialnya hanya melalui bermain. Selain itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan bermain anak akan merasa senang sehingga segala bentuk materi yang hendak kita berikan akan terserap secara maksimal oleh mereka. Dalam keadaan senang anak tidak pernah merasa terbebani, tidak mudah jenuh, bisa bereksplorasi, dan dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal.
Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih banyak) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak).
Kegiatan bermain sambil belajar yang dimaksud adalah pelaksanaan kegiatan di TK/RA yang tidak semata-mata hanya melakukan kegiatan bermain yang tidak bermakna bagi anak. Melalui kegiatan bermain, diharapkan anak juga bisa mengembangkan segala potensi positif dan pembentukan perilaku yang baik yang ada pada diri mereka. Tanpa disadari oleh mereka, melalui kegiatan bermain ada proses belajar yang dialaminya. Anak dapat melatih otot besar dan halusnya, meningkatkan penalaran dan memahami keberadaan lingkungannya, mengembangkan daya imajinasi dan dunia sesungguhnya, mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dengan bermain anak menggunakan seluruh aspek panca inderanya. Semua ini dapat teraktualisasi pada anak dengan perasaan senang dan tanpa terbebani.
Bermain merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh anak setiap hari. Sepanjang waktu, anak memanfaatkannya untuk kegiatan bermain. Menurut Hurlock (1996:320), arti yang tepat untuk bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Dengan kata lain, bermain dilakukan oleh anak memiliki tujuan untuk kegiatan bermain itu sendiri agar anak merasa gembira. Dengan demikian, bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar yang mewajibkan anak untuk melakukan kegiatan bermain.
Tidak semua kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan bermain dan tidak semua pengalaman yang bermakna melibatkan bermain. Oleh karena itu, Fromberg dalam Dockett (2002:15) mendefinisikan bermain pada anak sebagai kegiatan yang mencakup kombinasi dari enam elemen, yaitu: simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, sukarela, aturan main yang ditentukan sendiri dan episodik. Ciri khas simbolik dapat terlihat ketika seorang anak berpura-pura memainkan unit balok sebagai kereta.
Adapun Schaefer (1983) dikutip langsung oleh Gil mendefinisikan bermain sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan (pleasurable), berasal sepenuhnya dari motivasi internal, bebas dari pengaruh orang dewasa dan ganjaran dari pihak luar, non instrumental, tanpa tujuan, tidak terjadi dalam kondisi situasi yang menakutkan (Gil, 1991:27).
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak.
Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digarisbawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain.
Oleh karenanya bermain sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan prasekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
A. Manfaat Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang inhern pada setiap anak yang normal. Sering kali anak bermain tanpa harus melihat tujuan dari kegiatan ini. Bahkan ada juga teori yang mengatakan bahwa bermain sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri dari energi yang berlebih dalam diri anak, atau yang dikenal dengan teori ‘Surplus Energy’. Ini menunjukkan bahwa bermain dapat membantu anak dalam mengembangkan potensi-potensi yang masih tersembunyi menjadi lebih teraktualisasikan.
Elkolin mengidentifikasi empat cara utama agar bermain mempengaruhi perkembangan anak. Empat manfaat yang diperoleh melalui kegiatan bermain sangat penting sebagai pondasi pembelajaran bagi anak di kemudian hari. Empat manfaat bermain tersebut yaitu: (1) bermain berdampak terhadap motivasi anak, (2) bermain memfasilitasi perkembangan kognitif yang baik, (3) bermain mempercepat perkembangan representasi mental, (4) bermain mempercepat perkembangan perilaku dengan sengaja, sikap sukarela secara fisik dan mental (Koralek, 2004:7).
Selanjutnya Driscoll dan Nagel menguraikan nilai-nilai yang akan diperoleh anak dari kegiatan yang mereka lakukan sebagai berikut: (1) kompetensi pemikiran anak akan berkembang, (2) anak akan mampu mempraktikkan kemampuannya, (3) anak akan mampu memecahkan masalah dan membuat keputusan dalam suasana yang nyaman, (4) anak akan memperoleh dan memproses informasi, dan (5) anak dapat mengekspresikan emosi, mengendurkan tekanan yang dimiliki, dan mengeksplorasi situasi yang menghasilkan kesenangan (Driscoll, 2005:99-100).
Tentunya masih banyak lagi manfaat yang dapat diperoleh anak melalui kegiatan bermain. Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat bermain dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

Kognitif
Melalui bermain anak akan mengembangkan fungsi panca inderanya dengan baik. Mereka bisa bereksplorasi dan menemukan sendiri suatu konsep atau sebuah pengertian dari kegiatan yang dilakukannya atau melalui alat-alat permainan yang dimanipulasikannya. Mereka tidak hanya sekedar menerima informasi tetapi juga menuangkannya saat bermain dengan beragam imajinasinya.

Sosial-Emosi
Bermain bisa dilakukan sendiri atau dengan berkelompok. Anak-anak yang sering bermain berkelompok tentunya akan lebih mudah dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya. Mereka akan belajar tentang sebuah aturan, konsekuensi, apa yang boleh dan yang tidak boleh, belajar untuk berbagi peran dan tugas, serta masih banyak lagi, dan penerimaan sosial pun akan lebih terbuka.
Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan lebih mudah untuk melupakan beban-beban yang mereka alami. Mereka bisa meluapkan emosinya secara positif sehingga tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi baik dengan teman atau orang dewasa.

Konsep Diri
Pada saat anak bermain sendiri ada kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas atau yang sejenisnya. Ketika ia bisa menyelesaikannya dengan baik akan muncul kepuasan atau kepercayaan diri bahwa ia sudah dapat menguasai permainan tersebut. Begitu pula ketika beberapa anak bermain bersama kemudian mengajak beberapa anak yang lain untuk bergabung ikut terlibat dalam permainan tersebut. Tentunya anak-anak yang diikutsertakan lebih merasa dihargai, diakui keberadaannya dan berkembang pula konsep diri positif yang ada dalam diri mereka.

Fisik-Motorik
Anak-anak yang aktif dan menyenangi kegiatan bermain akan terbiasa melatih otot-otot fisiknya. Dengan bermain seluruh tubuh anak lebih banyak bergerak dari pada mereka yang hanya menghabiskan waktunya untuk mengerjakan hal-hal membosankan yang biasanya berkaitan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh orang dewasa baik orang tua ataupun guru. Banyaknya gerak yang dilakukan anak tidak hanya sekedar melatih kekuatan dan ketangkasan fisik tetapi juga akan lebih menyehatkan bagi tubuh mereka.

Bahasa
Kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang hanya bisa dikembangkan melalui proses pembelajaran formal, melainkan diawali dengan suatu pola atau kebiasaan yang diberikan pada anak. Semakin banyak bahasa yang diterima oleh anak maka akan semakin banyak pula perbendaharaan bentuk bahasa yang bisa mereka dapat dan gunakan. Ini dapat diperoleh jika anak banyak dan terbiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Bermain sebagai salah satu media bagi anak dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Karena dalam bermain ada komunikasi yang mereka bangun, ada kebebasan berekspresi dan berapresiasi, ada saatnya untuk menyimak dan mengungkapkan pendapat.