Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 08 Maret 2010

Student Active Learning

Megawangi menjelaskan dalam bukunya tentang cara anak belajar aktif yang diawali dengan pembelajaran yang konstruktivis (Megawangi, 2008: 44). Teori Konstruktivisme adalah dasar dari prinsip belajar yang melibatkan partisipasi aktif anak. Menurut Piaget, seorang anak belajar melalui pengalaman kongkrit dengan cara merefleksikan pengalamannya. Ketika menemukan pengalaman baru, anak akan menyesuaikannya dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Karakteristik perkembangan berpikir anak berbeda-beda menurut tahapan usianya, dan tahapan ini berimplikasi pada perbedaan cara belajar anak cara mengajar guru. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan appersepsi, yakni suatu cara yang dilakukan guru dalam menjembatani pengetahuan anak sebelumnya dengan konsep atau kompetensi baru yang hendak distimulasikan. Teori konstruktivisme ini pada dasarnya mengajarkan anak belajar yang efektif.
Untuk meningkatkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu:

a. Melibatkan anak pada kegiatan yang memberi tantangan
Apabila anak diberi sajian kegiatan yang menarik dan eksploratif, maka akan mendorong mereka untuk mencari tahu, bertanya dan mengerjakan. Jika kegiatan tersebut sudah diselesaikannya, anak akan lebih termotivasi lagi untuk mengetahuinya lebih lanjut. Montessori mengatakan bahwa pendidikan diperoleh bukan dari menyimak kata-kata, tetapi dari pengalaman berharga yang diperoleh ketika seorang anak melakukan sesuatu di lingkungan sekitarnya.

b. Anak-anak harus belajar secara kongkrit
Tahapan perkembangan kognitif anak usia dini terutama usia prasekolah masih berada dalam tahapan praoperasional kongkrit. Dalam hal ini sangat ditekankan bahwa pembelajaran akan jauh lebih efektif jika menggunakan media-media kongkrit. Mereka harus menggunakan benda-benda yang dapat dilihat, dipegang, serta dimanipulasikan.

c. Perlunya keterlibatan fisik anak
Menurut Katz dan Chard (1989), anak-anak memerlukan keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kebosanan. Anak usia dini akan menjadi pasif jika hanya diminta duduk berlama-lama dan menyimak penyamaian materi dari guru. Hal ini hanya akan membuat anak mejadi pasif dan bertentangan dengan kebutuhan mereka yang ingin selalu aktif baik dari aspek motorik halus maupun motorik kasarnya.

d. Pembelajaran melalui permainan
Brierly (1994) menatakan bahwa bermain dan bereksplorasi akan membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, bersosialisasi, bernalar dan melatih perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat mereka lebih mengerti subyek yang dipelajarinya melalui eksplorasi, berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen, mengubah bentuk, berkreasi, dan bermain peran. Kesenangan anak dalam bermain dapat digunakan untuk belajar hal-hal yang kongkrit, sehingga dapat mengembangkan daya cipta, imajinasi dan kreativitasnya.

e. Guru sebagai fasilitator
Dalam proses pembelajaran, anak diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan kritisnya. Ada saatnya pula guru yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh rasa ingin tahu dan jiwa menjelajahnya. Sehingga anak akan termotivasi untuk terlibat dalam diskusi. Selain itu, guru juga perlu menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan anak tanpa harus terlibat/intervensi terlalu jauh dalam kegiatan mereka.

f. Individual dan Kelompok
Ada saat tertentu anak diberi kesempatan yang luas untuk bekerja secara mandiri atau individual, namun pada kesempatan yang lain mereka perlu juga untuk berkelompok atau mengerjakan tugas bersama. Hal ini juga akan bermanfaat bagi mereka terutama pada perkembangan bahasa dan sosial-emosinya. Vygotsky (1978) berpendapat bahwa perkembangan bahasa dan interaksi sosial sangat memberi pengaruh bagi perkembangan kognitif anak. Boleh jadi pada saat berkelompok itu juga anak akan memperoleh banyak pengetahuan baru yang memunculkan ide-ide baru pula baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar