Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 10 Januari 2011

Hakikat Anak Sebagai Manusia

A. Penjenjangan Ciptaan Tuhan
Tuhan telah menciptakan bumi dan langit dengan segala isinya. Ada makhluk hidup dan ada pula benda mati. Batu, air, tanah, angin dan semua benda yang ada di bumi ini yang tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakkan disebut sebagai benda mati. Sementara makhluk hidup Tuhan ciptakan dalam tiga kelompok besar, yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia.
Dalam kodratNya semua makhluk berada dalam kedudukannya masing-masing, mulai dari jenjang yang terendah hingga teratas. Di antara ketiga makhluk ciptaanNya, tumbuhan berada di kedudukan paling rendah setelah benda mati. Tumbuhan hanya sekedar dapat tumbuh serta berbuah atau berbunga, atau dengan kata lain tumbuhan pun dapat bereproduksi. Sedangkan hewan dan manusia sudah memiliki pengetahuan sehingga mereka sudah dapat membangun aktivitas di dalam kehidupannya sehari-hari. Hanya yang membedakan adalah bahwa pengetahuan yang dimiliki hewan hanya terbatas untuk mempertahankan jenis dan hidupnya saja. Manusia memiliki pengetahuan dan mampu mengembangkannya melalui berfikir, merasa, mengindera serta menalar. Sehingga manusia bukan hanya dapat berfikir shahih dan bersifat umum, melainkan juga memiliki kemampuan dalam menarik kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.Oleh karena itu, manusia seringkali disebut sebagai makhluk yang sempurna yang bisa diharapkan sebagai pemimpin/khalifah di muka bumi ini. Sebagai Insan Kamil, manusia diberikan kedudukan paling tinggi dalam penjenjangan ciptaan Tuhan.

B. Hakikat Anak sebagai Manusia
Anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tinggi dari kedudukan harta dan benda, bahkan jauh lebih berharga di atas segala sesuatu yang kita miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
Setiap anak telah Tuhan ciptakan dengan beragam potensi yang berbeda-beda. Mereka adalah makhluk yang unik, yang satu sama lain tidak bisa disamaratakan ataupun dibanding-bandingkan. Tanggung jawab orang tua adalah mengasuh dan mengarahkan mereka ke arah yang positif, dan bukan untuk menentukan pilihan masa depan mereka.
Anak adalah tunas berpotensi, generasi penerus yang merupakan variable (unsur yang ikut menentukan perubahan) dari kelangsungan hidup keluarga, masyarakat, bangsa, Negara dan agama. Oleh karena itu anak perlu dibekali dengan penghidupan dan pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga mereka dapat tumbuh dengan sehat, berkembang secara optimal mental, sosial dan kepribadiannya.
Sebagai makhluk yang lemah, anak-anak membutuhkan bantuan dari orang dewasa dalam mendapatkan stimulus, pembelajaran dan pendidikan dalam sebuah proses yang bersistem dan berkesinambungan. Namun mereka juga adalah individu yang memiliki pola perkembangan dan kebutuhan tertentu yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga mereka tidak bisa diperlakukan selayaknya orang dewasa yang berbentuk mini.
Di samping membutuhkan bantuan dari orang dewasa, anak-anak juga membutuhkan orang-orang di sekitarnya termasuk dengan anak-anak yang seusianya. Mereka perlu untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain, karena anak adalah makhluk sosial. Tentunya mereka pun bisa belajar dalam beberapa hal dari lingkungannya.
Pendidikan yang diberikan kepada anak senantiasa bersifat wholistic atau secara keseluruhan. Bukan hanya pendidikan akademis saja, melainkan juga yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan religiusitas yang sudah diberikan sejak dini. Harus disadari bahwa mereka adalah makhluk yang bertuhan, dan kesadaran ini akan dimiliki secara optimal oleh anak jika sudah dihabituasikan sejak usia dini.


C. Anak sebagai Potensi Bangsa
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa anak bukanlah orang dewasa yang berbentuk mini. Cara berfikir mereka masih sangat sederhana, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang dewasa dalam melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya. Negara, masyarakat, dan terutama keluarga berkewajiban untuk memberikan apa yang menjadi hak bagi anak, karena mereka pun sudah menjadi bagian dari komunitas tersebut.
Sebuah Negara akan mengalami kemajuan bila memiliki orang-orang/SDM yang berkualitas. Hal itu akan sulit didapat bila masyarakatnya tidak mengedepankan pendidikan, terutama pendidikan sejak usia dini sebagai pondasi yang kokoh. Sebab tujuan akhir dari keberlangsungan proses pendidikan itu sendiri adalah menetaskan generasi bangsa sebagai makhluk individu atau manusia yang memiliki kompetensi yang unggul, manusia yang memiliki kepekaan sosial dan berwawasan global, serta manusia yang bermoral, berakhlaq mulia sebagai cerminan bahwa mereka adalah makhluk Tuhan.
1. Makhluk Individu
Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, agar kelak ia bisa menjadi individu yang berkompeten dan dapat dihandalkan. Ada banyak aspek dalam diri anak yang perlu untuk terus distimulasi dengan tepat dan bermakna, hal ini mengingat keberadaan anak yang masih dalam masa bermain. Sehingga potensi-potensi yang masih tersembunyi dapat teraktualisasikan menjadi ‘actual potency’. Aspek-aspek ataupun potensi dalam diri anak yang dimaksud adalah kecerdasan bahasa, logis-matematis, visual-spasial, kinesthetic, intrapersonal, social, musical, dan juga natural.
2. Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan keberadaan orang lain di sekelilingnya, di manapun dan kapanpun mereka berada. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Bahkan manusia pun akan lebih berarti bila ada orang lain yang berdampingan dengannya dalam menjalani kehidupan.
Oleh sebab itu sejak dini anak-anak harus selalu ditanamkan rasa kebersamaan, saling menghormati dan menghargai, tolong menolong, berbagi, serta kecerdasan sosial lainnya sehingga anak terbiasa memiliki rasa kepekaan social yang tinggi dan berdampak pada terbangunnya sebuah interaksi dan komunikasi yang positif.
Hal penting lain adalah bagaimana agar anak tidak hanya dapat bersosialisasi dengan baik, tetapi juga berwawasan global ataupun internasional. Sehingga para generasi bangsa ini diharapkan dapat berfikir lebih maju, kritis, terbuka, namun tetap berakar pada khazanah kebudayaan bangsa.
3. Makhluk Bertuhan
Kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow adalah kebutuhan estetis, yaitu kebutuhan akan rasa ketenangan, keindahan, serta kebutuhan dalam mengingat Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia hanyalah makhluk yang lemah, tidak memiliki daya dan kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan dan kuasa Tuhan. Implementasi dari semua ini adalah dengan cara menjalankan segala yang diperintahkanNya dan menjauhi segala yang dilarang olehNya.
Kegiatan religiusitas yang diaktualisasikan pun tidak hanya tercermin dari aktivitas hubungan dengan Tuhan saja, melainkan dengan sikap-sikap yang terpuji dengan sesame manusia dalam kehidupan. Tentunya pengembangan kemampuan ini bukan hanya dengan mengajarkan teori ataupun dogmatis, tetapi dengan tauladan ataupun contoh dan pembiasaan sehari-hari.

D. Kebutuhan Anak sebagai Manusia
Manusia selain sebagai mahluk individu, sosial dan bertuhan, ia juga sebagai mahluk yang memiliki kebutuhan. Terlebih lagi jika kita ketahui bahwa kebutuhan manusia dari waktu ke waktu begitu dinamis, terus berubah dan semakin kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa manusia merupakan mahluk yang tidak statis seperti mesin. Lingkungan, kematangan dan factor belajar sangat berpengaruh terhadap hal ini. Beberapa kebutuhan manusia tersebut dijelaskan oleh Maslow dalam Hierarchy of Needs sebagai berikut:

1. Physiological needs / Kebutuhan Fisiologis
Pada umumnya kebutuhan manusia lebih besar pada kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk kelangsungan hidupnya. Untuk bertahan dalam hidup, manusia demikian pula dengan anak butuh untuk makan, minum, beristirahat, berpakaian, tempat tinggal dan kebutuhan fisik lainnya.
2. Safety needs / Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan manusia selanjutnya adalah perlindungan. Membutuhkan rasa aman baik dalam hokum adat, sosial, Negara dan beragama. Begitu juga dengan hak anak sebagai makhluk individu dan sosial, seperti rasa aman dalam berinteraksi, bermain, belajar, bekerja, bertetangga, di jalan, serta di manapun dan kapan pun manusia berada.
3. Needs for belonging and love / Kebutuhan kasih sayang dan memiliki
Setiap anak pasti membutuhkan rasa kasih sayang dan perhatian baik di dalam keluarga maupun di sekolah. Selain itu anak juga memiliki kebutuhan untuk memberikan kasih sayang dan perhatiannya bagi orang lain, seperti orang tua, kakak-adik, teman, dan juga guru. Semakin besar timbal balik kasih sayang yang didapat dan diberikan anak maka semakin besar pula rasa memiliki yang ada pada diri anak, termasuk kepada benda-benda atau mainan yang dimilikinya.
4. Esteem needs / Kebutuhan memperoleh penghargaan
Penghargaan dari orang lain memberikan semangat atau motivasi bagi seseorang. Sebagaimana pentingnya reword yang dibutuhkan oleh anak. Sekecil apapun penghargaan yang diberikan kepada anak seringkali berdampak positif bagi perkembangan anak di kemudian hari.
5. Needs to know and Understand / Kebutuhan mengetahui dan mengerti
Anak berada dalam masa eksplorasi dan imajinasi, rasa ingin tahunya begitu besar. Sering kali kita temukan anak-anak yang banyak bertanya, memanipulasikan benda-benda, mainan, ataupun bereksplorasi dengan lingkungannya. Itu semua didasari oleh keingintahuan yang besar sehingga memperoleh jawaban dan pemahaman.
6. Aesthetics needs / Kebutuhan estetis
Kebutuhan lain pada diri manusia adalah pemenuhan rasa keindahan, estetika, berfikir dengan tidak harus terikat dengan nilai-nilai normative. Bagaimana seorang anak manusia mengembangkan rasa, kreativitas, dan bebas mengekspresikan diri dengan sudut pandang keindahan yang mereka miliki.
7. Self Actualization needs / Kebutuhan aktualisasi diri
Sejak dini anak harus selalu dibiasakan untuk mengerti harga diri, mengenal kelebihan dan kekurangan pada dirinya. Karena ini akan mempengaruhi cara seseorang dalam mengeaktualisasikan dirinya di manapun dan kapanpun mereka berada. Mereka harus diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dengan berbagai apresiasi sejak mereka masih di usia dini. Dengan demikian anak akan terbiasa memiliki konsep diri yang positif hingga ia dewasa.
8. Transcendence needs
Kebutuhan tertinggi pada diri manusia adalah pemenuhan rasa kedekatan dengan Tuhan. Beribadah, berbuat baik, menghindari keburukan adalah bentuk aktualisasi manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Ada kebahagiaan tersendiri dalam diri manusia ketika mulai dapat menikmati segala aktivitas religi yang dilakukannya. Tentunya kebutuhan inipun harus dihabituasikan sejak di usia dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar