Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Minggu, 03 April 2011

Pembelajaran Bahasa untuk AUD

A. Hakikat Kemampuan Berbahasa untuk AUD

1. Pengertian Kemampuan Berbahasa

Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya baik secara verbal maupun melalui simbol-simbol visual (Bromley, 1992). Papalia menguraikan tentang kemampuan berbahasa anak sebagai berikut:Anak usia 5-7 tahun sudah dapat mengartikan kata sederhana, tahu beberapa lawan kata. Anak sudah dapat menggunakan beberapa kata sambung, kata depan dan kata sandang dalam pembicaraan sehari-hari. Bahasa egosentrisnya mulai berkembang dan lebih banyak bahasa sosial. Pada usia ini anak sudah memiliki kurang lebih 2000-25.000 perbendaharaan kata.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun masuk ke dalam masa kalimat majemuk dimana kemampuan berbahasa anak mulai meningkat. Anak mampu mengucapkan kalimat yang panjang, dapat menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk dan mempunyai perbendaharaan kata yang cukup tinggi. Cara anak mengkombinasikan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, berkembang menjadi semakin rumit sepanjang masa kanak-kanak awal (owens, 1995).

Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosial. Anak-anak harus menggunakan bahasa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain. Sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari kemampuan berbicara secara eksternal ke internal berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 tahun hingga 7 tahun dan meliputi berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa memverbalisasikannya. Bila ini terjadi, anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak. Vygotsky yakin bahwa anak-anak yang terlibat dalam sejumlah besar pembicaraan pribadi lebih berkompeten secara sosial ketimbang anak-anak yang tidak menggunakannya secara ekstensif. Ia memberi alasan bahwa pembicaraan pribadi merupakan suatu transisi awal untuk lebih dapat berkomunikasi secara sosial. (Santrock, 1995: 241).

Bahasa terdiri dari empat bentuk bahasa yaitu kemampuan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Sedangkan aspek-aspek yang terkandung dalam kemampuan berbahasa adalah kosa kata, tata bahasa (sintaksis), pengekspresian sesuai tujuan/semantik, dan membedakan kata dari satuan bunyi terkecil/fonem (Martini Jamaris).

2. Tahapan Perkembangan Bahasa

a. Menyimak

Menurut Anderson, menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Dalam tulisan ini, pengertian ‘menyimak’ dapat dijabarkan sebagai suatu kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.

Menurut Bromley, ada tiga bentuk menyimak yang bisa diterapkan di TK:

1) Menyimak Informatif

Suatu kegiatan menyimak untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide, dan hubungan-hubungan, kegiatannya antara lain:

· membedakan bunyi

· menerima pesan secara singkat

· mendengarkan cerita singkat

· mengikuti perintah sederhana

2) Menyimak Kritis

Ini adalah suatu kemampuan untuk menganalisis apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan serta membuat generalisasi.

· bermain teka-teki

· menceritakan kembali cerita yang didengar

· menyaksikan pertunjukan

· mengembangkan kalimat dari kata yang diberikan

3) Menyimak Apresiatif

Kegiatan ini bertujuan agar anak menikmati dan merasakan apa yang didengar.

· sajak dan puisi

· musik dan lagu-lagu

· bermain tepuk

· menonton TV atau VCD

  1. Berbicara

Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Bagi anak usia dini kemampuan berbicara terdiri dari dua tahap, yaitu:

1) Egosentric Speech adalah satu tipe perkembangan bicara yang biasanya dialami oleh anak pada berusia 2-3 tahun. Pembicaraan lebih berpusat pada dirinya dan sering kali bersifat monolog.

2) Socialized Speech merupakan suatu tahapan perkembangan bicara pada anak di mana mereka mulai menikmati terjalinnya suatu interaksi / komunikasi dengan orang lain. Ada 5 bentuk kegiatan bicara yang anak lakukan dalam tipe perkembangan ini.

· saling bertukar info untuk tujuan bersama

· penilaian ucapan atau tingkah laku orang lain

· perintah, permintaan, ancaman

· pertanyaan

· jawaban

Kriteria Ukuran

Menurut Hurlock ada dua criteria ukuran tingkat kemampuan berbicara. Pertama, apakah anak sudah bisa berbicara dengan benar atau yang kedua yaitu hanya sekedar mengikuti apa yang dikatakan oleh orang dewasa atau biasa disebut dengan ‘membeo’.

Ada beberapa indikator untuk mengetahui kemampuan anak berbicara dengan benar, yaitu:

· Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinya.

· Mampu melafalkan kata-kata yang dipakai orang dewasa.

· Memahami kata-kata tersebut bukan karena sering mendengar atau menduga-duga.

  1. Membaca

Membaca adalah aktifitas belajar yang dominan memerlukan indera visual dan juga melibatkan fungsi penginderaan lain di otak. Kecepatan setiap anak untuk belajar membaca tentu berbeda-beda. Mereka akan menunjukkan masa peka untuk membaca pada usia yang berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, guru maupun orangtua perlu memperhatikan tahapan belajar membaca anak agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tahapan kematangan mereka masing-masing. Tahapan belajar membaca yang dimaksud adalah:

1) Magical Stage (Tahap Fantasi)

Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berfikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikkan buku dan kadang-kadang anak membawa-bawa buku kesukaannya. Sering kali tahapan ini disebut sebagai dasar kecenderungan anak dalam belajar membaca.

2) Self Concept Stage (Tahap Pembentukan Konsep Diri Membaca)

Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.

3) Bridging Reading Stage (Tahap Membaca Gambar)

Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal dan mulai mengenal abjad. Setiap huruf atau kata akan menjadi bermakna bagi mereka bila diiringi dengan benda atau gambar yang dapat mewakilinya. Sebagai contoh, huruf ‘A’ atau ‘a’ untuk api, air, awan, apel, ayam, anggur, dan sebagainya.

4) Take off Reader Stage (Tahap Pengenalan Bacaan)

Anak tertarik pada bacaan, oleh karenanya ini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk mulai belajar membaca permulaan. Mereka mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.

5) Independent Reader Stage ( Tahap Membaca Lancar)

Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku atau sumber bacaan yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah untuk dibaca.

d. Menulis

Kegiatan menulis pada anak usia dini tentu berbeda dengan aktivitas menulis bagi orang dewasa. Terutama di saat anak masih berada pada rentang usia prasekolah, menulis baginya tak berbeda dengan kegiatan menggambar atau sekedar mencorat-coret. Agar tahapan menulis dapat lebih dipahami oleh guru maupun orangtua, di bawah ini akan dijelaskan tahapan belajar menulis. Sehingga guru maupun orangtua juga dapat menentukan stimulasi yang tepat bagi anak ketika karakteristik kemampuan menulisnya muncul.

1) Scribble Stage (Tahap mencoret / membuat goresan)

Anak yang masih berada di rentang usia 2-3 tahun pada umumnya masih belum memahami fungsi alat tulis sebagaimana mestinya. Cara mereka memegang alat tulispun masih belum tepat dan kuat. Namun mereka sangat menikmati kegiatannya dalam mencorat-coret meski tanpa makna dan dilakukan di manapun dia suka. Perlu dipahami bahwa kegiatan ini adalah dasar bagi anak dalam mengenal kegiatan menulis, dan ini merupakan stimulasi awal mereka pada perkembangan bahasa tulisnya.

2) Linear Repetitive Stage (Tahap pengulangan linear)

Memasuki usia TK, anak mulai memandang sesuatu dengan lebih dipengaruhi oleh informasi yang didapat sebelumnya. Terlebih lagi jika media informasi yang ada di sekitar anak cukup mendominasi seperti TV, internet, film-film dan lain sebagainya. Mereka mulai mengenal dan menyadari bentuk-bentuk tulisan yang dilihatnya. Dengan kondisi inilah pendidik bisa membantu mereka dengan berbagai latihan pengulangan yang bervariasi pola-pola penulisan yang tepat. Seperti melatih anak dengan penulisan huruf-huruf ataupun kata secara horizontal (kiri ke kanan).

3) Random Letter Stage

Ketika anak sudah mulai mengenal huruf-huruf, cara penulisannya dan dapat menikmati kegiatan-kegiatan tersebut, mereka sebaiknya banyak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan kegiatan menulisnya. Mereka dipersilakan untuk menulis apa saja sesuai dengan keinginannya. Tulisan dapat berupa cerita, pesan, surat dan lain sebagainya. Umumnya mereka senang menambahkan tulisannya tersebut dengan berbagai symbol atau gambar-gambar yang menurut mereka ada kaitannya dengan apa yang m,ereka tulis tersebut. Tulisanpun biasanya hanya terdiri dari beberapa kata saja, namun setidaknya mereka mulai memahami apa yang ditulisnya.

4) Phonetic Writing

Pada tahapan ini anak sudah memiliki kesadaran dan lebih memahami bahwa tulisan merupakan symbol visual yang mewakili sesuatu. Artinya ketika anak mendengar atau melihat benda seperti ‘batu’, maka ia sudah dapat menulis kata ‘batu’ dengan benar. Demikian pula ketika mereka mulai dapat menulis suatu kalimat, atau cerita itupun sudah mewakili apa yang ingin mereka ungkapkan atau ceritakan. Sehingga kosa kata dan penulisan yang mereka rangkai juga sudah lebih runtun. Tentunya inipun dipengaruhi oleh kemampuan mereka dalam membaca.


DAFTAR PUSTAKA

Crain, William. Teori Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik pengantar pemahaman bahasa manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 2003.

Eliot, Lise. What’s going on in there How The Brain and Mind Develop in The First Five Years of Life. Columbia : university Columbia. 1999.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 1998.

Jalongo, Mary Renck. Early Childhood Language Arts. 4th Edition. USA: Pearson Education, inc, 2007

Mayesky, Mary. Creative Activities For Young Children, 4th Edition. USA: Delmar Publisher, Inc, 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar