Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 15 Februari 2010

Belajar Matematika untuk Anak Usia Dini

A. Kemampuan Matematika Permulaan
Matematika permulaan merupakan kemampuan yang dapat dikuasai oleh seorang anak dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran, konsep bilangan, korespondensi satu-satu, konsep bentuk geometri, melakukan estimasi serta pengolahan data sederhana dengan memanipulasi dan menggunakan media-media kongkrit sebelum mengoperasikan simbol-simbol abstrak, serta melakukan interaksi melalui bermain.
Kemampuan klasifikasi dimaksudkan agar anak dapat mengelompokkan benda-benda di sekitar mereka berdasarkan jenis, fungsi, warna, ataupun bentuknya, seperti anak bermain mengelompokkan benda-benda berwarna merah dan kuning yang ada dalam kelas. Korespondensi merupakan suatu kemampuan di mana anak dapat menghubungkan benda-benda sesuai dengan pasangannya. Kegiatan ini dapat dicontohkan dengan aktivitas bermain anak saat memasangkan sepatu dengan kaus kaki, sendok dengan piring, ataupun kursi dengan meja. Mengurutkan pola adalah kemampuan anak mengenal dan mengikuti pola-pola yang ada di dekatnya secara berurutan. Ketika ada sebuah urutan pola pensil, crayon, dan kertas, maka setelah kertas anak dapat mengurutkan kembali dengan meletakkan pensil, crayon dan kertas setelahnya. Dalam menghubungkan konsep bilangan anak diharapkan mampu menghitung benda-benda dan menghubungkannya dengan lambang bilangan yang bersesuaian. Mengenal bentuk geometri pada anak anak usia dini adalah kemampuan anak mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di sekitar berdasarkan bentuk geometri. Pada kemampuan pengukuruan, anak diharapkan dapat mengenal konsep ukuran yang bersifat informal atau alamiah, seperti menggunakan jengkal, langkah, tali, tongkat ataupun lidi dalam mengukur panjang, lebar, ataupun tinggi benda. Dalam kegiatan estimasi, anak mulai belajar membuat prediksi secara logis baik pada sebuah peristiwa sederhana, susunan maupun jumlah benda dalam sebuah wadah. Sedangkan kemampuan menyusun data statistik sederhana merupakan suatu kesempatan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan membandingkan jumlah serta probabilitas dari hasil pengamatan terhadap beberapa benda.
B. Tahapan Pembelajaran Matematika AUD
Pembelajaran matematika bersifat hierarkis, dengan demikian kegiatan pengembangan kemampuan matematika permulaan di TK juga perlu dilakukan secara bertahap. Lorton mencoba menunjukkan pentingnya konsep matematika ini mulai diperkenalkan pada anak usia 4-5 tahun. Pengembangan ini yang biasa disebut sebagai stimulasi matematika permulaan di TK. Lorton mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika terbentuk pada anak. Menurutnya, penguasaan matematika selalu melalui tiga tingkat penekanan tahapan, yaitu:
a. Tingkat pemahaman konsep
Anak akan memahami konsep melalui pengalaman beraktivitas/bermain dengan benda-benda kongkrit.
b. Tingkat transisi
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahamn kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda.
c. Tingkat lambang bilangan
Tahap terakhir di mana anak diberi kesempatan untuk mengenal dan memvisualisasikan lambang bilangan atas konsep kongkrit yang telah mereka pahami. Ada saat di mana mereka masih menggunakan alat kongkrit hingga mereka melepaskannya sendiri.
C. Bermain dalam Pembelajaran
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak.
Bergen (1988) yang dikutip oleh Patmonodewo mencoba mengklasifikasikan aktivitas bermain pada tatanan sekolah. Bermain di sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian yang berawal dari bermain bebas, bermain dengan bimbingan hingga bermain yang diarahkan.
Bermain bebas merupakan suatu kegiatan bermain di mana anak dapat melakukan kegiatan permainan apapun yang mereka suka secara spontan dan tanpa ada keikutsertaan guru di dalamnya. Anak bebas menentukan alat permainannya, waktu bermain, lokasi, dan juga teman-teman yang terlibat. Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator di sekolah.
Pada tahapan kedua atau tahapan bermain dengan bimbingan, guru mulai memiliki sedikit peran dalam permainan yakni dapat menentukan jenis permainan serta menyediakan alat permainan yang akan digunakan. Meskipun demikian, guru tidak terlibat lebih jauh saat anak melaksanakan permainan. Ada saat tertentu guru bisa membantu atau sedikit memberi masukan ketika anak mengalami kesulitan. Lebih dari itu, guru diharapkan lebih menghargai cara anak dalam melakukan permainan.
Dalam kegiatan bermain yang diarahkan, peran dan keterlibatan guru semakin besar. Guru yang akan menentukan jenis permainannya, alat yang digunakan, peraturannya, lokasi serta pemainnya. Meskipun demikian anak tetap bisa menikmati kegiatan atau merasakan kesenangan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah titik jenuh anak saat bermain, karena hampir semua yang dilalui ditentukan oleh guru atau bukan kebebasan dari anak.
D. Media dalam Pembelajaran Matematika Permulaan
Media yang bervariasi sangat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan pemahaman anak terhadap konsep matematika. Guru dapat menyeleksi media-media yang mudah didapatkan, aman, dan dapat digunakan dengan berbagai cara yang berbeda. Penyediaan media tidak selamanya harus dengan harga yang mahal, cukup dengan model yang sederhana dan biasa ditemukan oleh anak dalam kesehariannya.Ada beberapa kategori dalam mengklasifikasikan jenis-jenis media matematika permulaan yang bisa dikembangkan sesuai dengan tahapan pemahaman anak. Seperti diungkapkan oleh Lorton, kategori media matematika permulaan terdiri dari tiga tahapan, pertama media manipulatif (media kongkrit), berikutnya media pictorial (semi kongkrit), dan terakhir adalah media symbolic (simbol-simbol matematika).
dalam melaksanakan pembelajaran matematika permulaan di TK, guru perlu menyediakan media-media yang manipulatif. Media tersebut sepatutnya disesuaikan dengan tingkat kesiapan atau kematangan anak pada rentang usianya, dapat dimanipulasikan dan bervariasi sehingga menyenangkan dan memberi kepuasan bagi anak. Menyediakan media juga tidak harus dengan biaya yang mahal, guru-guru maupun orangtua dapat memperolehnya dari benda-benda di sekitar lingkungan anak. Meskipun demikian, media harus tetap diperhatikan hiegenitasnya, sehingga tidak membawa penyakit pada anak serta tidak berbahaya bagi mereka. Bukan benda yang tajam, tidak mengandung unsur api, serta tidak beracun. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam meyediakan media-media tersebut adalah bukan hanya tampilan yang menarik yang diutamakan, melainkan kebermaknaan yang dapat diperoleh anak terutama dalam hal peningkatan kemampuan matematika permulaan mereka.

1 komentar: