Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 15 Februari 2010

Pengembangan Kemampuan Sosial AUD

A. Pengertian Perkembangan Sosial
Secara fitrah manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial. Hurlock (1978:250) berpendapat bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sedangkan Erik Erikson melihat perkembangan sosial pada anak terkait dengan kemampuan mereka dalam mengatasi krisis atau konflik yang terjadi pada setiap perpindahan tahap agar siap menghadapi berbagai permasalahan yang akan dijumpainya di kehidupan mendatang.
Perkembangan sosial yang terjadi pada anak bersifat dinamis dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap tahapan perkembangan mereka menunjukkan ciri tersendiri pada kemampuan sosialnya yang akan menjadi bagian penting dalam perkembangan selanjutnya. Seperti halnya bahwa kompetensi perkembangan sosial yang diharapkan dari anak prasekolah tentu berbeda dengan anak di usia SD. Meskipun sangat dipahami bahwa kematangan anak dalam mengembangkan kemampuan sosialnya diharapkan akan memberi dampak pada pengetahuan sosial mereka di SD.
Anak usia dini sama dengan orang dewasa dalam hal sebagai makhluk sosial. Anak senang diterima dan berada bersama dengan teman sebayanya. Kebersamaan ini membuat mereka saling bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Biasanya, dalam kebersamaan, mereka saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah. Karena sekolah adalah tempat di mana mereka akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri.

B. Proses Perkembangan Sosial
Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Ketiga proses ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock, ketiga proses sosialisasi tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat.
b. Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat.
c. Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat.
Perilaku sosial anak pada dasarnya diawali dengan adanya contoh/model yang dilihat oleh anak, mungkin saja perilaku yang ditunjukkan oleh orangtua, kakak, pengasuhnya, acara di televisi, kerabat, teman atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Tahapan berikutnya adalah peniruan perilaku yang dilakukan anak berdasarkan contoh yang dilihatnya tersebut. Kemudian jika perilaku yang ditiru oleh anak tidak mendapat respon dari orangtua maka hal tersebut dapat menjadi rutinitas atau perilaku yang dianggap biasa. Hingga akhirnya perilaku tersebut terinternalisasi dalam diri anak dan menjadi pembentukan karakter pada dirinya.
Dalam sudut pandang psikologis, dapat pula kita lihat bahwa proses perkembangan sosial seseorang erat kaitannya dengan perkembangan emosinya. Perilaku sosial merupakan ukuran nyata kecerdasan emosi, dan sebaliknya kecerdasan emosi akan lebih terungkap secara faktual jika digali melalui perilaku sosial dan kehidupan anak. Menurut Goleman (2001) kemampuan sosial emosi merupakan suatu kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi sehingga dapat merespon dengan baik setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga manusia terutama anak dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan harapan sosial.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa, proses perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh berbagai hal. Lingkungan, proses pembelajaran dan interaksi, serta aspek-aspek perkembangan yang lain saling terkait dan memberi dampak pada perkembangan sosial anak.

C. Perkembangan Kemampuan Sosialisasi di Prasekolah
Ketika anak di usia prasekolah mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan, mereka semakin menjadi makhluk sosial. Tumbuh dan kembang fisiknya memungkinkan mereka untuk bergerak kian kemari secara mandiri dan mereka ingin tahu tentang lingkungan mereka dan orang-orang di dalamnya. Keterampilan kognitif berkembang dan anak mampu mengetahui orang-orang yang akrab dan yang tidak.
Anak-anak prasekolah memperlihatkan minat yang semakin besar terhadap anak-anak lain dan orang-orang dewasa. Mereka biasa menggunakan permainan ataupun alat permainan sebagai media untuk mengembangkan aktivitas sosialnya. Dengan bermain bersama akan menimbulkan kebutuhan pada mereka untuk bermain rukun dan jujur. Inilah keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak-anak guna membantu perkembangan mereka. Maka bermain dan kegiatan bersama seringkali menjadi aspek penting dari perkembangan sosial bagi anak usia prasekolah.
Mengembangkan hubungan sosial merupakan tonggak penting bagi anak prasekolah. Bagi banyak anak, pengalaman sekolah akan menjadi pertama kali mereka harus membicarakan kesepakatan dengan sebuah kelompok anak-anak sebaya mereka. Bila konflik benar-benar muncul, maka mereka ingin memecahkannya, tetapi tidak memiliki kemampuan verbal untuk melakukan itu. Namun sejalan dengan perkembangan usia mereka, perkembangan bahasa, kognitif, moral dan fisik motoriknya memberi peran dalam beberapa keterampilan sosialnya.
Menjelang memasuki usia SD keterampilan sosial anak semakin baik, bahkan mulai menghayati peraturan sosial. Pada usia ini, persahabatan menjadi lebih jelas definisinya. Dalam hal ini, anak semakin dapat memahami bahwa mereka sangat bergantung pada keberadaan orang lain dan sedikit demi sedikit mulai meninggalkan kepentingan pribadi dan memperhatikan beberapa kepentingan orang lain atau kepentingan bersama.
Syamsu Yusuf (2001) memaparkan beberapa keterampilan perilaku sosial yang diharapkan muncul pada usia prasekolah atau yang biasa digolongkannya ke dalam aspek kemampuan membina hubungan dengan dengan orang lain. Hal ini juga yang kemudian dikembangkan ke dalam kurikulum di satuan lembaga prasekolah. Aspek kemampuan tersebut dapat dikembangkan ke dalam indikator sebagai berikut:

· Anak mampu menerima sudut pandang orang lain
· Anak memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain
· Anak mampu mendengarkan orang lain
· Anak memiliki kemampuan untuk memulai hubungan dengan orang lain
· Anak dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain
· Anak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
· Anak memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebayanya
· Anak memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain
· Anak dapat memperhatikan kepentingan sosial seperti: tolong menolong, bekerja sama, hidup selaras, berbagi dan demokratis dalam bergaul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar