Mengenai Saya

Foto saya
Saya salah seorang yang cukup concern thdp pendidikan, terutama pendidikan utk anak usia dini. Pendidikan S1 dan S2 PAUD UNJ saya telah banyak membantu dalam pengembangan dan pendalaman kajian AUD.

Senin, 15 Februari 2010

The Miracle of Baby's Brain

The Miracle of Baby’s Brain
(Oleh: Catur SetioWargo)

Para ahli meyakini bahwa perkembangan dan pembentukan otak sudah mulai terjadi saat bayi masih berada dalam kandungan. Hal ini mulai terjadi saat anak memasuki usia sepuluh minggu, kemudian tumbuh dan berkembang dengan pesat sejak sekitar trimester ketiga dalam kehamilan dan terus berlanjut hingga paling tidak usia empat tahun. Ini sangat penting bagi perkembangan fungsi saraf manusia. Tersenyum, mengoceh, merangkak, berjalan, dan berbicara – semua dasar sensoris, gerak, dan kognitif bagi masa bayi dan hingga dewasa, dimungkinkan oleh perkembangan otak yang cepat, terutama cerebral cortex.

Menyadari bahwa tumbuh dan kembang otak sudah mulai berlangsung sejak dalam kandungan, maka sudah selayaknya para orangtua perlu memahami berbagai hal terkait dengan kegiatan stimulasi sejak dini pada sang buah hati. Stimulasi tersebut dapat dilakukan melalui berbagai hal, seperti asupan gizi yang seimbang, kedekatan emosi dari orangtua, sentuhan, alunan musik, bahasa maupun perbendaharaan kata. Semua hal tersebut mengarah pada pengembangan otak belahan kanan dan kiri yang optimal pada bayi.

Pengkonsumsian nutrisi yang baik dapat mempengaruhi perkembangan kognitif yang normal (Rose, 1994). Nutrisi ini banyak didapatkan melalui sayuran, buah-buahan, mineral, protein dari ikan, susu, juga zat besi. Selain asupan gizi atupun nutrisi yang seimbang, kondisi emosional ibu yang sedang hamil juga memberi dampak bagi perkembangan emosional sang bayi. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menyatakan bahwa jika seorang ibu dalam kondisi tertekan, maka aktivitas pada lobus frontal bagian kiri yang merupakan bagian otak untuk mengembangkan emosi positif, akan lebih sedikit. Sedangkan aktivitas dalam lobus frontal kanan, yang diasosiakan dengan emosi negatif akan lebih banyak (Dawson, dkk. 1992).

Pada usia 20 minggu kandungan, bayi memiliki fungsi pendengaran dan mulai memberikan reaksi pada suara. Bayi yang belum dilahirkan dihadapkan pada sejumlah besar suara dalam kandungan. Cairan ketuban yang menyelimuti bayi itu mentrasnfer suara tubuh ibunya dengan sangat efektif. Detak jantung, suara darah mengalir melalui pembuluh darah, suara pencernaan, gerakan fisik, suara pernafasan, dan lain-lain (R.M. Abrams, 1995). Namun yang lebih menakjubkan, bayi juga sudah mulai menangkap suara dari luar. Bahkan di usia 36 minggu, bayi dapat mendengarkan lagu serta mengingat karya musik yang didengarnya tersebut secara rutin. Seringkali sampai tahap ia dapat mengenali musik itu setelah dilahirkan.

Untuk seorang anak yang belum dilahirkan, bayi sudah bisa menganalisis suara dari luar. Suara-suara yang keras dan mengejutkan atau tiba-tiba akan menghasilkan detak jantung yang lebih cepat. Akan tetapi, ada satu suara yang menetralisir suara-suara lain, yaitu suara ibunya, entah ketika berbicara atau bernyanyi. Suara ini tidak sama dengan di dunia luar karena ditransmisikan di dalam maupun di luar. Pola bicara ibu akan membiasakan bayi memberi kode-kode tertentu pada bahasa ibunya. Bagi seorang bayi, suara ibunya dapat memberi ketenangan, menarik, serta memberikan stimulasi, juga menjadi titik referensi masa depan yang penting.

Pengalaman yang dilalui anak melalui berbagai stimulus yang dilakukan oleh orangtua terutama ibu sejak dalam kandungan memberi pengaruh yang cukup kuat setelah anak lahir dan mengalami tumbuh dan berkembang. Pada awal perkembangannya, mereka sudah lebih menunjukkan kesiapannya untuk bergerak dan berbicara dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan stimulasi yang optimal sejak dalam kandungan (Sheppard, 2005). Oleh sebab itu, stimulasi tersebut seyogyanya dapat dilanjutkan di pasca kelahirannya.

Menurut Piaget (1960), anak pada usia 0-6 bulan merupakan masa sensorimotor, setidaknya hal ini dilihat dari perkembangan kognitifnya. Anak akan mulai mengembangkan semua fungsi panca inderanya bahkan sejak pertama kali ia dilahirkan. Anak memulai sensasi inderanya dengan meminum air susu ibunya, memasukkan jari ke dalam mulutnya, memperhatikan benda-benda yang ada di sekelilingnya karena bersuara, bergerak, atau memiliki warna yang kontras, tampak pula ia mulai senang menyentuh benda, meraba wajah ibu dan ayahnya, atau memainkan jari orang lain dengan genggamannya. Banyak hal yang dilakukannya tersebut dengan kegiatan bermain. Pendapat Piaget yang disempurnakan oleh Smilansky (1978) menyatakan bahwa pada tahap ini bayi memasuki tahapan kegiatan bermain gerak sensorik (sensory motor play).

Dengan kegiatan bermainnya inilah bayi menemukan hal-hal baru, merasakan sensari motoris dan penginderaan yang berbeda-beda, mengenali lingkungannya secara bertahap, serta menangkap berbagai stimulasi dari orang lain di sekitarnya. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk tetap membuat bayi merasa aman dan nyaman, gembira dan terpenuhi berbagai kebutuhannya baik fisik maupun psikis. Sebab tanpa kita sadari, rasa aman, nyaman dan gembira akan membuka impuls-impuls positif pada otak anak, sel-sel pada otak akan saling berhubungan dengan cepat, sehingga segala bentuk stimulus yang diberikan pada anak akan dengan mudah diserap olehnya. Terlebih jika kita meyakini bahwa usia lima tahun pertama, otak anak akan mengalami perkembangan hingga 50%. Maka tidaklah berlebihan jika diumpamakan kehidupan manusia sebagai sebuah bangunan, pendidikan sejak usia dinilah yang akan menjadi pondasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar